(ist)
Fenomena buku Harry Potter belum lama berlalu. Filmnya di layar lebar saja baru akan memasuki yang keenam, musim panas tahun depan. Namun penerbit Potter versi AS sudah menyiapkan sebuah karya yang terdiri dari 10 volume. Harapan mereka, akan seheboh Harry Potter.
Seri yang bertajuk The 39 Clues ini berkisah menganai dua anak muda, Amy dan Dan Cahill. Keduanya dalam pencarian rahasia kekuatan keluarga mereka ke seluruh pelosok dunia. Seri pertamanya, The Maze of Bones ditulis oleh Rick Riordan yang sebelumnya terkenal melalui buku The Lightning Thief. Pihak penerbit akan mencetak 500.000 di edisi pertama.
Ini buku istimewa. Buktinya, sutradara kawakan AS, Steven Spielberg, sudah membeli hak untuk memfilmkan seri buku tersebut. Sasaran pembacanya adalah anak-anak berusia 8-12 tahun. Setiap serinya akan ditulis oleh penulis yang berbeda, termasuk nama-nama yang tak asing lagi seperti Gordon Korman dan Jude Watson.
Promosinya pun terbilang gencar. Budgetnya jutaan dolar hanya untuk kampanye saja. Promosi termasuk lewat kartu permainan, sebuah kontes yang berhadiah utama US$ 10.000. Belum lagi situs canggih yang berisi permainan, blog, video, dan ribuan halaman latar belakang.
"Kami rasa ini akan menjadi sesuatu yang menghebohkan," ujar David Levithan, direktur eksekutif Penerbit Scholastic. "Kami ingin menjadi yang pertama mengenalkan konsep multidimensi ini."
Tim penerbit yang dipimpin oleh Levithan dan terdiri dari belasan editor, mengonsepkan gagasan ini sekitar tiga tahun lalu. Berangkat dari ide perburuan harta karun, susunan cerita termasuk ending-nya diputuskan oleh penerbit. Penulis hanya diminta untuk mengisahkan detil-detilnya, bak menjahit benang dari penerbit dan menyusunnya menjadi selembar selimut.
"Tantangannya berbeda," Levithan melanjutkan. Jika dianalogikan seperti film, bisa seperti Harry Potter. Setiap sutradara membawa warna yang berbeda pada setiap serinya dengan mengikuti alur penulisnya, JK Rowling. Menurutnya, pembaca masih akan merasakan warna yang sama, dengan sisi fun setiap penulis yang membawakannya.
Mengenai judul, pihak penerbit mengakui judul The 39 Clues terinspirsi dari karya penulis cerita misteri Alfred Hitchcock, The 39 Steps. Menurut Levithan, judul ini akan menarik minat pembaca untuk terus menggali lebih dalam. Itu bisa dilakukan, misalnya, dengan mengunjungi situsnya dan mengikuti permainan yang ada di dalamnya.
Sebuah studi yang belakangan dilakukan oleh Asosiasi Perpustakaan Amerika (ALA) menyatakan beberapa pustakawan menggunakan permainan untuk menarik minat pembaca. Banyak yang menyukai permainannya terlebih dahulu.
"Banyak perpustakaan yang kini membentuk klub The 39 Clues seperti dulu mereka membentuk klub Pokemon," kata Jenny Levine, spseialis digital di ALA.
Banyak buku untuk segala usia yang ide awalnya berasal dari penerbit dan tak jarang mampu menjadi best-seller. Namun untuk sebuah blockbuster yang fenomenal seperti Harry Potter atau seri Twilight karya Stephanie Meyer, biasanya terjadi secara spontan. Penerbit tadinya hanya menyangka buku-buku tersebut hanya sekedar laris manis, bukan sampai memecahkan rekor.
"Hanya membutuhkan anak-anak yang membaca dan mengatakannya kepada teman-teman mereka,'" Beth Puffer, manajer toko buku Bank Street Bookstore di New York, menjelaskan.
Menurutnya, tak ada yang tahu apakah sebuah buku akan menjadi besar. Semua murni bergantung kepada pembaca. Jadi, jika sebuah buku diperkenalkan sebagai sebuah fenomena, Puffer mengatakan akan menjadi situasi yang unik.
Mungkin saja hebohnya promosi The 39 Clues hanyalah semata-mata ingin menyusul sukses Harry Potter. Namun juga tidak menutup kemungkinan buku ini memang akan menjadi fenomena. Kita tunggu saja setelah seri pertamanya, The Maze of Bones terbit pada pada 9 September mendatang. [I4]
0 comments:
Posting Komentar